Ginnie Hislop menerima tepuk tangan berdiri yang meriah ketika ia menerima ijazah magisternya pada tahun 2024. Mengapa? Karena penghargaan itu diterimanya 84 tahun setelah ia menyelesaikan kuliahnya! Pada tahun 1941, sebenarnya ia hanya tinggal mengumpulkan tesisnya. Namun, kekasihnya saat itu, George, tiba-tiba dipanggil untuk berdinas selama Perang Dunia II. Keduanya segera menikah dan tinggal di pangkalan terpencil, sehingga Ginnie harus melepaskan studinya yang hampir selesai. Namun, setelah jeda yang sangat panjang, Ginnie akhirnya mampu menyelesaikan apa yang sudah lama dimulainya.
Sekelompok pekerja konstruksi di Florida yang sedang mengerjakan proyek saluran drainase telah menemukan harta karun yang sangat berharga. Jauh di dalam tanah, mereka menemukan sebuah perahu nelayan dari era 1800-an yang masih terawat baik. Di dalam perahu itu ditemukan artefak-artefak yang menarik, seperti beberapa bagian dari lampu minyak tanah, gelas yang terbuat dari tempurung kelapa, dan sejumlah uang logam. Kapal tersebut kemudian diteliti dengan harapan dapat menyediakan informasi tentang cara hidup orang di wilayah tersebut lebih dari 100 tahun yang lalu. “[Ini] lebih dari sekadar soal perahu. [Ini] merupakan pengingat tentang kehidupan orang sehari-hari pada masa itu,” kata salah seorang arkeolog maritim. Dengan menggali semakin dalam, pengetahuan dan hikmat pun diperoleh.
Sebuah keluarga yang kehilangan kontak dengan anak dan saudara laki-laki mereka, Tyler, menerima sebuah guci yang disebut berisi abu kremasinya. Tyler yang baru berusia 22 tahun diduga meninggal akibat overdosis narkoba. Selama bertahun-tahun, Tyler telah berjuang menghadapi efek kecanduan narkoba dan jalan hidup yang salah arah. Namun, sebelum peristiwa overdosis tersebut, ia sudah sempat pulih setelah menjalani waktu di rumah singgah dan menyelesaikan program pemulihan bagi para pecandu. Namun, pihak berwenang kemudian menemukan fakta mengejutkan—Tyler sebenarnya masih hidup! Mereka salah mengenali seorang pemuda lain yang meninggal karena overdosis. Setelah bertemu kembali dengan keluarganya dan merenungkan kematian pemuda tersebut, Tyler berkata, “Bisa jadi itu saya.”
Seorang sahabat menatap mata saya dan berkata, “Jangan sia-siakan penderitaanmu.” Pikiran saya langsung kembali ke beberapa tahun silam ketika saya memimpin ibadah untuk mengenang anak laki-laki beliau yang masih muda dan meninggal dalam kecelakaan mobil. Wanita itu mengerti apa yang ia katakan, karena ia pernah menderita. Namun, ia juga mengerti bahwa Allah dapat memakai kepedihannya itu untuk memuliakan-Nya dan membantu orang lain—sesuatu yang ia lakukan dengan sangat baik. Ketika mendengar kata-katanya, saya terhibur dan dikuatkan untuk menghadapi diagnosis kanker yang serius. Saya diingatkan bahwa Allah mendengar seruan dan keluhan saya. Dia juga selalu menyertai dalam penderitaan saya, bahkan sanggup memakai pengalaman saya untuk menolong orang lain dengan cara yang baru.
Sudah lebih dari satu jam Brian berada di dalam ruang praktik dokter spesialis jantung. Temannya menunggu dengan setia di ruang tunggu, sambil berdoa untuk kesembuhan dan hikmat bagi sahabatnya yang sakit. Sewaktu Brian akhirnya kembali ke ruang tunggu, ia menunjukkan setumpuk kertas yang diterimanya. Sambil menjejerkan semua rekam medisnya di atas meja, ia mendiskusikan sejumlah pilihan yang diberikan oleh dokter untuk mengobati kondisinya yang kritis. Keduanya sepakat untuk berdoa bersama dan meminta hikmat Allah untuk menentukan langkah selanjutnya. Kemudian Brian berkata, “Apa pun yang akan terjadi, aku ada dalam tangan Allah.”
Seorang sopir bus sekolah jatuh pingsan saat mengemudi, dan kendaraan besar berisi 60 siswa yang dikemudikannya pun melaju di luar kendali. Salah seorang murid kelas tujuh bernama Dillon Reeves bangkit dari kursinya, bergegas ke bagian depan bus, dan perlahan-lahan menginjak rem tepat pada waktunya. Saat sebagian besar siswa sibuk mengetik pesan atau bermain dengan ponsel mereka, Dillon—yang tidak mempunyai ponsel—tersadar lalu bertindak. Ia tahu bagaimana cara menginjak rem dengan perlahan karena melihat sopir itu sering melakukannya. Perhatian Dillon yang terus terjaga dan tidak teralihkan telah menolongnya dalam menyelamatkan nyawa semua penumpang bus, termasuk sang sopir yang akhirnya siuman.
Nuñez terjatuh dari gunung dan meluncur ke dalam suatu lembah yang semua penduduknya buta. Sebuah penyakit telah merenggut penglihatan para pemukim asli, dan generasi-generasi berikutnya—semua terlahir buta—telah beradaptasi dengan menjalani kehidupan tanpa penglihatan. Nuñez mencoba menjelaskan seperti apa rasanya memiliki penglihatan, tetapi mereka tidak tertarik. Akhirnya, ia menemukan celah di antara puncak-puncak gunung yang selama ini menghambatnya keluar dari lembah itu. Ia berhasil bebas! Namun, dari posisinya sekarang, ia melihat adanya tanah longsor yang akan mengubur orang-orang buta yang menghuni lembah di bawah sana. Ia mencoba memperingatkan mereka, tetapi mereka mengabaikannya.
Apa yang harus dilakukan? Scott dan Bree bergumul bagaimana berelasi dengan teman dan keluarga yang memilih gaya hidup yang bertentangan dengan firman Tuhan. Setelah mempelajari Alkitab dan berdoa, terpikirlah suatu langkah maju: Pertama, mereka bertekad untuk semakin mengasihi teman-teman dan keluarga mereka; kedua, mereka akan mengungkapkan kepada orang-orang tersebut apa yang benar dan baik berdasarkan rancangan Allah yang baik; dan ketiga, mereka akan menyampaikan bagaimana mereka akan berinteraksi dalam kasih menurut hikmat Kitab Suci. Saat Scott dan Bree menunjukkan kasih Kristus, seiring waktu, mulai terbangunlah kepercayaan yang semakin besar dalam hubungan dengan orang-orang yang mereka kasihi itu.
Kenny berdiri di hadapan jemaat yang bertahun-tahun sebelumnya pernah ia tinggalkan saat imannya sempat undur. Kini ia bercerita bahwa imannya telah dipulihkan. Bagaimana caranya? Allah sudah menyentuh hati Kenny lewat keindahan dan rancangan yang disaksikannya dalam alam. Kenny kembali diliputi rasa takjub kepada Allah karena menyaksikan wahyu umum-Nya melalui alam, dan sekarang ia menerima hikmat yang diwahyukan secara khusus dalam Alkitab. Setelah menceritakan kesaksiannya, Kenny pun memberi diri dibaptis di depan seluruh jemaat. Dengan mata penuh air mata bahagia, ayah Kenny membaptis putranya berdasarkan imannya kepada Tuhan Yesus.